Info Terbaru 2022

Metode Pembelajaran Diskusi

Metode Pembelajaran Diskusi
Metode Pembelajaran Diskusi
A.   Pengertian Metode Diskusi

Diskusi adalah acara dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat wacana sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari balasan / penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : 1994). 

Menurut  Hasibun dalam bukunya Proses Belajar Mengajar (2006:10) menyampaikan bahwa diskusi merupakan proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara lisan dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau target yang sudah tertentu melalui cara menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.

Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain : 2006)

Metode diskusi yaitu suatu cara penyajian materi pelajaran dengan menugaskan peserta didik atau kelompok belajara untuk melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan pengajaran (Karo-karo, 1998 : 25). 

Menurut Djajadisastra (1983:12) metode   diskusi   yaitu format belajar mengajar yang menitik   beratkan kepada interaksi   antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menuntaskan kiprah berguru secara bersama. Karena itu, guna  dituntut untuk mampu melibatkan keaktifan anak berafiliasi dan berkolaborasi dalam kelompok

Sementara itu Sudirman dkk ( 1992 : 150 ) menyatakan, “ Metode diskusi yaitu cara penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan kepada suatu kasus yang sanggup berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama “.


B.   Kelebihan dan kekurangan metode diskusi

Menurut Wahab (1998),  keunggulan dari metode diskusi kelompok adalah sebagai berikut : 
  1. memberikan kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat,
  2. menyebabkan pendekatan yang demokratis, 
  3. mendorong rasa kesatuan, 
  4. memperluas pandangan, 
  5. menghayati kepemimpinan bersama – sama, 
  6. membantu berbagi kepemimpinan,dan 
  7. meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Secara umum kelebihan dan kekurangan metode diskusi adalah sebaga berikut :

Kelebihan metode diskusi adalah:
  1. Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan – prakarsa, dan terobosan gres dalam pemecahan suatu masalah.
  2. Mengembangkan perilaku menghargai pendapat orang lain.
  3. Memperluas wawasan
  4. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan

Kekurangan metode diskusi
  1. Tidak sanggup digunakan pada kelompok yang besar.
  2. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
  3. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.

Untuk meminimalisir kekurangan metode ini, maka guru atau murid sebagai pemimpin diskusi memiliki peranan sebagai berikut :

1. Sebagai penunjuk jalan
Tugas pemimpin disini ialah memperlihatkan pengarahan kepada anggota wacana kasus yang akan didiskusikan (ruang lingkup diskusi). Sehingga dengan demikian tidak timbul pertanyaan-pertanyaan yang menyimpang.

2. Sebagai pengatur kemudian lintas
Bertugas mengatur jalannya diskusi biar jalannya menjadi lancar :
  1. Dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada anggota kelompok tertentu.
  2. Menjaga biar anggota berbicara berdasarkan giliran (tidak serentak).
  3. Menjaga biar diskusi tidak dikuasi oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara.
  4. Membuka kesempatan kepada orang-orang tertentu (pemalu) untuk mengungkapkan pendapatnya.
  5. Mengatur pembicaraan biar didengar oleh semua anggota.

3. Sebagai dinding penangkis
Disini kiprah pemimpin diskusi ialah peserta pertanyaan-pertanyaan dari anggota kemudian melemparkannya kembali kepada anggota. Jangan hingga terjadi tanya jawab antar kelompok kecil saja. Usahakan seluruh anggota kelompok aktif berpartisipasi.


C.   Langkah-langkah penggunaan metode diskusi

Langkah-langkah penggunaan metode diskusi adalah sebagai berikut:
  1. Taraf persiapan meliputi: 
    1. Memilih dan menetapkan topic atau tema sekurang-kurangnya; mengidentifikasi kasus yang merupakan alternative untuk dipilih  dan didiskusikan.
    2. Mengidentifikasi dan menetapkan satu atau beberapa sumber materi bacaan atau informasi yang hendak dipelajari oleh siswa, sehingga jika memasuki arena diskusi  diharapkan telah membawa materi pemikiran.
    3. Menetapkan atau menyediakan alternatif komposisi dan struktur komonikasi kelompok diskusi
    4. Menetapkan atau menyediakan alternatif pemimpin diskusi pada guru atau siswa.
  2. Siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi(ketua, sekretaris, pelapor) mengatur kawasan duduk, ruangan, dan sebagainya dengan bimbingan guru.
  3. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memperlihatkan dorongan dan pinjaman biar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
  4. Setiap  kelompok  harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memperlihatkan ulasan atau klarifikasi terhadap laporan tersebut.
  5. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok

D. Peranan Guru dalam Diskusi

Menurut Brooks & Brooks (Iim Waliman, dkk,  2001) terdapat beberapa ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, yaitu sebagai berikut.
  1. Guru mendorong, mendapatkan inisiatif dan kemandirian siswa.
  2. Guru menggunakan data mentah sebagai sumber utama pada fokus materi   pembelajaran.
  3. Guru memperlihatkan tugas-tugas kepada siswa yang terarah pada pelatihankemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan.
  4. Guru memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk menguraikan isi pelajaran dan mengubah seni administrasi berguru mengajar.
  5. Guru melaksanakan penelusuran pemahaman siswa terhadap suatu konsep sebelum memulai pembelajaran.
  6. Guru mendorong terjadinya obrolan dengan dan antar siswa.
  7. Guru mendorong siswa untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dan mendorong siswa untuk bertanya sesama teman.
  8. Guru melaksanakan klarifikasi terperinci respon siswa siswa, baik yang sudah benar maupun yang belum benar.
  9. Guru melibatkan siswa pada pengalaman yang mengakibatkan pertentangan dengan hipotesis siswa dan mendiskusikannya.
  10. Guru memperlihatkan waktu berfikir yang cukup bagi siswa dalam menjawab pertanyaan 
  11. Guru memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menghubungkan beberapa hal yang dipelajari untuk meningkatkan pemahaman.
  12. Guru di selesai pembelajaran memfasilitasi proses penyimpulan melalui pola yang benar. 
Sementara itu  menurut Sudirman dkk (1992 : 154)  peranan guru dalam diskusi, antara lain sebagai berikut.
  1. Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
  2. Guru menjelaskan tujuan diskusi.
  3. Guru memperlihatkan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
  4. Guru mengatur giliran pembicara biar tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
  5. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara biar seluruh kelas sanggup mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
  6. Mengatur giliran berbicara biar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
  7. Mengatur biar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
  8. Mencatat hal-hal yang berdasarkan pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
  9. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan siswa.
  10. Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
Peranan guru yang memimpin suatu diskusi lebih sukar daripada bila ia menggunakan cara mengajar yang lain. Cara ini meminta persiapan yang seksama dan bimbingan yang cakap. Guru harus memiliki latar belakang pengalaman dan simpanan pengetahuan biar beliau bisa memimpin sebuah diskusi secara kreatif. guru tidak mendominasi pembicaraan, atau bahkan bisa sekedar sebagai stimulus, informan, dan motivator dalam seluruh  rangkaian kegiatan. 


E. Jenis-jenis Diskusi

Terdapat bermacam pengemembangan metode diskusi, berikut ini beberapa jenis diskusi yang sanggup digunakan guru, antara lain :

1.  Buzz Group

Suatu kelas yang besar dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil 4 atau 5 orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa saling berhadapan untuk memudahkan pertukaran pendapat. Diskusi ini sanggup diadkan di tengah-tengah atau akhirr

2.  Fish Rowt

Diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang dipimpin oleh seorang ketua. Tcmpat duduk diatur setengah bulat dengan dua atau tiga dingklik kosong menghadap peserta, seakan-akan menjaring ikan dalam sebuah mangkuk (fish boxvli. Kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran sanggup duduk di dingklik kosong tersebut. Ketua mempersilahkan berbicara dan sehabis selesai kembali ketempat semula.

3.  Whole Group

Suatu kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan jurnlah anggota tidak lebih dari 15 anggota.

4.  Syndicate group

Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Guru menjelaskan garis besar kasus dengan aspek-aspeknya. kemudian tiap kelompok bertugas membahas suatu aspek tertentu dan membuat kesimpuian untuk diiaporkan dalam sidang pleno serta didiskusikan lebih lanjut.

5.  Brainstorming

Merupakan suatu diskusi di mana anggota kelompok bebas menyumbangkan ide-ide gres terhadap suatu kasus tertentu. di bawah seorang ketua. Semua wangsit yang sudah masuk dicatat. untuk kemudian diklasifikasikan berdasarkan suatu urutan tertentu. Suatu ketika mungkin ada diantara wangsit gres tersebut yang dirasa menarik untuk dikembangkan.

6.  Informal debate

Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnya unluk memperdebatkan suatu materi yang problematis, tanpa memperhatikan peraturan diskusi panel.

7.  Colloqinin

Merupukan suatu kegiatan dimana siswa’mahasiawa dihadapkan pada nara sumber untuk mengajukan pertanyaan. selanjuinya mengandung pertanyaan-pertanyaan embel-embel dari siswa. mahasiswa yang lain. Pelajaran dengan maksud untuk memperjelas materi pelajaran yangtelah diterima.

8.  Panel

Merupakan suatu diskusi orang-orang yang dianggap ahli, terdiri dari 3-6 orang dan dipimpin oleh seorang moderator. Para panelis dihadapkan pada para peserta yang hanya berfungsi sebaeai pendengar. Maksudnya untuk memperlihatkan stimulus kepada para peserta akan adanya masalah-masalh yang masih dipecahkan lebih lanjut.

9.  Simposium

Merupakan suatu pembahasan kasus yang bersifat lebih formal. Pembahasan dilakukan oleh beberapa orang pembicara (sedikitnya 2 orang) yang sebelumnya telah menyiapakan suatu prasarana dan pembicara yang lain mengemukakan prasarana banding/sanggahan. Suatu pokok duduk kasus disoroti dari beberapa aspek. yang masing-masing dibacakan oleh prasarana kemudian diikuti sanggahan dan pandangan umiun dari para pendengar. Moderator mengkoordinasi jalannya pembicaraan. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oieh panitia perumus.

10.  Seminar

Merupakan suatu pembahasan yang bersifat ilmiah. Suatu pokok duduk kasus dibahas secara teoritis, bila perlu dibuka suatu pandangan umum. Berdasarkan kertas kerja yang ada, peserta menjadi beberapa kelompok untuk membahas lebih lanjut. Pimpinan kelompok sewaktu waktu menyimpulkan kerja keiompoknya dan dari hasil-hasil kelompok disusun suatu perumusan oleh panitia perumus.
Itulah sekilah artikel wacana metode diskusi, Semoga bermanfaat.


DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1994. Didaktik / Metode Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Karo-karo, Ign. S. Ulih Bukit Dkk. 1998.  Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Alda. 

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wahab, A. Aziz. 1998. Metodologi Pengajaran IPS. Jakarta : Karunika. 

Waliman, Iim, dkk. 2001. Pengajaran Demokratis (Modul Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat


Advertisement

Iklan Sidebar