Info Terbaru 2022

Cerpen Cinta Pertama: Cinta Pertamaku Yang Abadi

Cerpen Cinta Pertama: Cinta Pertamaku Yang Abadi
Cerpen Cinta Pertama: Cinta Pertamaku Yang Abadi
Untuk menambah koleksi cerpen cinta di blog Enetter.blogspot.com ini, berikut kami share lagi sebuah kisah pendek terupdate perihal cinta pertama (first love) dengan judul "Cinta Pertamaku yang Abadi" karangan Erindah Chriestika.

Selain kisah singkat bertema asmara ini, ada pula puisi cinta, puisi romantis buat pacar dan kata kata mutiara cinta. Jika anda tengah kasmaran, sangat disarankan untuk dibaca.  :)

Oke bro/sis... Penasaran menyerupai apa kisah percintaannya? Yuk kita baca bareng-bareng cerpen ini:
 berikut kami share lagi sebuah kisah pendek terupdate perihal cinta pertama  Cerpen Cinta Pertama: Cinta Pertamaku yang Abadi

CINTA PERTAMAKU YANG ABADI

Aku memfokuskan matanya, begitu banyak kilauan keinginan disana, keinginan beribu rasa yang kini saya pendam kepadanya, entahlah, haruskah saya berharap begitu tinggi. Aku tahu diri perihal cinta, dimana saya bahkan terlalu naif untuk menyentuhnya.
Aku terhanyut dalam diam, terhanyut dalam waktu yang kini menghipnotisku…
“mar, termangu aja nih.. kesurupan ya lu?” Simon menghampiri ku, dengan senyumnya yang menusuk ulu hati, oh tidak, saya mungkin berlebihan, tapi itulah kenyataannya.
“sialan… ehh kelas udah sepi banget, kita pulang yuk” ajakku, seketika memfokuskan sekeliling kelas yang kini kosong dan hanya tinggal kita berdua.
“ntar deh, gue nunggu butet” beliau tersenyum lagi.
“butet? si liliana natsir maksud lu?” Tanyaku meyakinkan.
“iya, lu tau gak mar?, kemaren beliau senyumin gue loh” Ucapnya dengan penuh kegembiraan.

inilah mengapa saya tak pernah berani untuk bermain dengan cinta, dimana cintaku hanya tertuju padanya. Simon, ya, sahabatku sendiri. Aku terlalu naif dengan cinta. Aku tahu begitu sulit mendapat cinta simon, oh tidak seharusnya saya mengharapkan itu. Tapi kalau dibanding butet, si cewek terkenal yang selalu dikejar pemuda keren, saya bukanlah apa-apa.

“lo pedekate?” Tanyaku berusaha bersikap santai meskipun tertahan rasa sakit.
“yoi, hahaha, gue kemaren jalan sama dia, dan rencananya gue mau nembak beliau hari ini” simon menatapku penuh senyum, tatapan yang bahkan siap menghancurkanku.
“eh mon, gue ke toilet dulu yak” saya eksklusif bergegas ke toilet, mungkin simon akan galau dengan tingkahku ini.

Aku membasuh wajahku, menatap sekali lagi wajahku didepan cermin. “hai gadis biasa” ucapku pada bayangan cermin diriku sendiri. Aku tersenyum, mungkin ini memang jalan takdirku, mengagumi tanpa dicintai. Aku bergegas kembali ke ruang kelas. Namun, belum hingga saya ke daun pintu saya mendengar bunyi yang tak gila bagiku.

“kamu mau kan jadi pacar saya tet?” ucap simon dengan lembutnya.
“iya, saya mau mon” butet kemudian memeluk simon dengan lembut.
Aku hanya mematung dari luar pintu, memfokuskan semuanya, ya, cukup sudah.
“hmmmmm… kayaknya gue ganggu nih” saya berdehem dengan wajah bangga yang amat sangat dipaksakan.
“selamat ya”
“makasih mar, gue seneng hari ini kesudahannya sanggup juga kesampean nembak malaikat gue ini” ucap simon sambil menatap lembut butet… haruskah saya mengalami kesakitan ini Tuhan?.
“mar, kita pulang yuk, udah sepi nih sekolah” Ajak butet sambil merangkulku.
“eh ogah amat gue pulang ama kalian berdua, nanti gue jadi obat nyamuk, males ahhh” Bagus, alasanku mungkin kini masuk akal.
“udah sono lo berdua pulang duluan, gue mau ke toko buku dulu” ucapku berbohong.
“benernih mar?, gue kan tadi yang udh nyuruh lo nunggu, masa lo pulang sendiri sih” simon kini memfokuskanku heran, seakan tak mengerti dengan jalan pikiranku.
“udeh gapapa, sono lo berdua pergi… tidak di izinkan lupa PJ ya!!!”



“jadi si simon udah jadi pacar butet, mar?” Tanya sahabatku nitya, saya memutar badan ku menatapnya sembari mengangguk.
“gue gak ngerti betapa sabarnya elo, dan gue juga gak ngerti kenapa simon gak pernah sadar sama perasaan lo” nitya menatapku dengan penuh keheranan.
“mungkin karna gue gak pernah mau nunjukkin perasaan gue nit” saya mencoba tersenyum tulus.
“gue harap simon bakal tau segera mungkin perasaan lo mar” Nitya menepuk pundakku, sambil tersenyum tulus.

Siang ini begitu cepat, secepat jam istirahat yang seakan liar memanggil…
“Mar ke kantin yok. !” Ajak nitya yang sedari tadi menunggu ku mencatat sisa pelajaran biologi.
“hmm.. oke, simon mana?” Aku memutar bola mataku mengelilingi kelas, dan tak ku lihat sosok simon.
“tadi beliau ke kelas butet dulu katanya” Nitya menyeretku ke kantin tanpa ampun. Tepat disana, mataku tertuju pada objek yang tak gila lagi, dan sangat ku kenal. Simon, beliau tengah bersama butet alias liliana yang sekaligus pacarnya. Sejenak Nitya berhenti, dan menatapku penuh arti.
“kita gak jadi ke kantin aja yuk, gue udah gak laper nih.” Ucap Nitya sambil menarik tanganku, tengahkan mataku masih tertuju pada dua orang sejoli yang kini hampir saja meremukkan hatiku, mungkin ini berlebihan, tapi itulah kenyataannya, bahwa semua hal yang didasari dengan cinta kadang sanggup menjadi berlebihan.



“pulang sekolah sama siapa mon? lili?” Aku menekan nama ‘lili’ yang biasanya saya panggil ‘butet’.
“tau nih, beliau ada perlu katanya, bareng gue yuk mar”
“yakin nih gapapa?, ntar ada yang murka gimana?” Ucapku dengan senyum canda.
“ah elu mar, kayak siapa aja deh, lu kan sahabat gue, damai aja, si butet mah udah maklum kali” Dia menggandeng tangan ku untuk masuk ke mobilnya, oh ya, ini memang cukup menciptakan hatiku hampir pecah.

didalam mobil
“mon, gue mau ke mall dulu, si nitya ngajak gue nonton” ucapku singkat sehabis membaca pesan dari nitya yang memintaku untuk menemaninya nonton film terupdate di bioskop.
“wah seru tuh, gue juga ikut ahhh”



“mon, elo dong yang ngantri tiket” Nitya menatap rayu pada simon.
“ahelahh kebiasaan yang kayak gini niscaya selalu gue” ucap simon sambil berjalan ke loket tiket sambil ngedumel sendiri.
Aku terkekeh memfokuskan Simon dengan tingkahnya yang menyerupai anak kecil.
“mar, kenapa sih elu gak pernah bilang perasaan lu aja sama simon?” Nitya menatapku penuh arti. Kini bibir ku kelu.
“apa itu harus?, gue gak mau menghancurkan hubungan mereka yang sangat senang itu, biarin aja kan, kalo jodoh juga gak kemana” Ucapku dengan senyum yang sangat amat dipaksakan.
“elu gak akan menghancurkan hubungan mereka mar, untuk menyayangi seseorang itu wajar, dan lu punya hak untuk menyatakannya, dan simon berhak tau itu, Mar, waktu itu kejam, lebih baik lu nyatain perasaanlu sama dia, sebelum terlambat, yah cuma semoga beliau tau apa yang lo rasa, selebihnya itu hak dia”
Aku tertegun dengan ucapan Nitya, dan sejenak saya berpikir bahwa ada benarnya juga, yah, saya sanggup saja menyatakan perasaan ku pada Simon. Tapi apa saya sanggup kalau nantinya persahabatan kami hancur dan beliau menjauh?. tidak, saya tidak sanggup untuk itu.



angin membelaiku lembut, rasakan kilauan sensasi imajinasi didalamnya, menyergap masuk ke dalam jiwa, membawaku ke nirwana, merengkuh ku dalam keindahan. Aku terhanyut dalam ketenangan, angin menciptakan ku tak berdaya meskipun hanya untuk membuka mata… terlalu nyaman… Tenangnya air danau ditengah taman ini menghipnotisku, seakan siap menelanku. Dan kibaran bunga lavender bewarna-warni bagai permadani alam.

“dooor mar!!”
“ih, simon, ngagetin aje lu!” Sergahku pada simon.
beliau tersenyum, ya, senyum yang selalu ku cinta, senyum penuh keindahan. Jika saya mati, saya ingin beliau tersenyum menyerupai itu kepadaku.
Simon kini berbaring diatas rumput sempurna disebelahku, saya meliriknya sejenak, memfokuskannya memejamkan mata untuk menikmati hilir pulang kampung angin sore.
“mon, gue boleh ngomong jujur gak?” Aku memejamkan mataku sejenak, mengumpulkan kekuatan yang ada.
simon membuka matanya dan seketika menatap birunya langit yang tak menyilaukan.
“gue sayang sama lo mon” Kataku dengan blak-blakan… disaat itu, saya tak peduli, inilah rasa yang selalu saya simpan padanya, setumpuk rasa yang kini tak ada daerah karna telah terlau banyak.
Simon hanya tersenyum, kemudian memejamkan matanya lagi, saya semakin heran, sudahlah, saya tahu siapa diriku, dan siapa aku.

Malam ini saya berdebat dengan fikiranku sendiri.
“iya gue tau, gue juga sayang sama lo mar” saya mencerna kata-kata simon tadi.
Aku tak mau berlebihan dalam menganggap ucapannya. Tidak, saya sahabatnya, dan beliau menyayangiku sebagai sahabatnya.
Aku mulai lesu, kutatap wajahku sekali lagi dikaca. “Hai gadis biasa” Ucapku pada bayanganku sendiri di cermin.



Aku tak menyangka, kabar pagi ini, kabar yang begitu menggetkanku sekaligus membuatku lega, entahlah terlalu ambigu.
“katanya si simon udah ngerasa gak cocok sama butet” Ucap Nitya singkat.

Aku menghampiri simon yang sedari tadi termenung di bangkunya. Ku lihat wajahnya yang begitu lesu, saya benci memfokuskannya menyerupai itu, saya ingin simon yang biasanya ceria, saya ingin beliau kembali, meskipun itu artinya juga menyakitkan bagiku.
“lo sanggup kisah kok sama gue” Aku duduk disebelahnya, beliau menoleh padaku sejenak, kemudian kembali dengan pandangan lurusnya yang lesu.
“gue ngerasa jelek hari ini” Dia tertawa pahit, seakan mengejek dirinya sendiri.
“gue tau, karna lili kan?” Dia menggeleng kuat, kemudian menoleh padaku.
“bukan, bukan dia, gue emang gak cocok sama dia, gue sama beliau putus baik-baik”
“trus?” Tanyaku yang kini makin penasaran.



Aku mencicipi angin semilir di jendela kamar, kupejamkan mataku sesaat, menginat bencana disekolah tadi, disaat semuanya begitu terasa hancur, berkeping-keping.
“semua karna gue masih cinta sama seseorang, beliau first love gue mar, beliau selalu menghantui gue, gue cinta sama dia, sejauh apapun gue menghindar dari perasaan ini, gue gak bisa, gue terlalu pengecut buat nyatain cinta gue sama dia, tapi kali ini enggak, gue gak akan ngebiarin waktu buat ngebunuh gue, gue akan nyatain perasaan gue hari ini”

Tepat ketika itu, hatiku merasa hancur, entahlah, begitu ringkih kah aku?. Terlalu rapuh, bahkan saya tak sanggup berbuat apa-apa. Inikah tanggapan dari semua rasaku padanya?. oh bukan, ini bukan jawaban, karna cinta tak pernah memberi pertanyaan.



“Halo nit.. temenin gue yuk!.. hah? gak bisa? oh yaudahdeh, enggak kok gue gak marah, Oke bye” Aku menutup telepon dengan lesu.
Aku benar-benar butuh teman, saya butuh hiburan…



saya menjelajahi kios-kios di mall. Aku pergi ke mall bukanlah karna keinginanku. Aku harus mencari kado untuk sepupu ku yang ulang tahun, tak henti saya memfokuskan pernak-pernik yang meyilaukan mata, menarik perhatian, hingga saatnya saya memfokuskan pemandangan yang tak pernah saya duga.
Hatiku runtuh, bagai gedung yang mendapat gempa bumi terbesar.
saya memfokuskan simon yang tengah tersenyum dan tertawa senang dengan Nitya, sungguh ceria. Simon memegang sebuah boneka Panda berwarna ungu, warna kesukaan ku.
Tak terasa, air mataku telah melaju deras, tak peduli kalau banyak mata yang akan memfokuskan nya. Aku hancur sekarang.
Aku berlari keluar gedung Mall, tak peduli dengan bunyi keras Nitya dan Simon yang memanggil namaku.
Aku terus berlari, hingga kulihat cahaya yang menyilaukan mata, membuatku terpejam… dan… semua gelap.



Inilah tamat cintaku, cinta yang kini dibunuh waktu, dipisahkan olehnya.
Aku berniat mengajak Nitya mencari kado untuk Maria pada malam itu, demi melancarkan misiku. Tapi semua bermetamorfosis malapetaka. Malapetaka yang kini merenggut kebahagiaanku, cinta pertamaku. Haruskah saya mencicipi pahitnya ini maria? Aku kehilangan cinta pertamaku, penggalan jiwaku, kebahagiaanku… saya mencintaimu Maria.

“mon, kita pulang yuk, semua orang udah pada pergi” Nitya mengelus pundakku pelan. “ini bukan salah lo mon”
“gak papa nit, gue masih mau disini” ucapku pada nitya. “yaudah kalo gitu”‘.
“Maria, ini surat dari saya buat kamu, saya tahu kau gak ada disini sekarang, tapi saya harap malaikat memberikan isi surat ini untuk kau disurga… saya terlalu pengecut Maria, maafkan aku.. saya mencintaimu Maria” saya menaruh selembar kertas yang merupakan suratku untuk maria sempurna di atas gundukkan tanah itu, menatap daerah itu lekat dengan air mata yang telah tertahan lama, kemudian berbalik dan pergi menjauh dari makam Maria.

Dear my first love,
Aku terlalu pengecut untuk menatap indahnya cintamu…
Aku selalu menoleh dan khawatir bahwa cintaku tak terbalas…
Tapi saya tahu, saya tidak sanggup menghindarinya..
Rasa ini selalu menghantuiku..
Aku sadar, ketika memfokuskan matamu, tatapanmu yang penuh keteduhan, saya sadar, engkaulah penggalan jiwaku…
Tak pernah saya mencicipi cinta yang sangat berarti menyerupai ini… hanya padamu…
AKU MENCINTAIMU MARIA…
salam sayangku padamu,

Simon.

----- the end .........



Sekian cerpen cinta pertama karya Erindah Chriestika yang berjudul Cinta Pertamaku yang Abadi. Semoga ada pesan yang tersirat yang sanggup kita pelajari dari kisah singkat asmara diatas. Baca juga cerpen lucu paling konyol atau kumpulan kisah lucu terupdate.

Cerita Pendek Cinta lainnya:

Selamat membaca dan tidak di izinkan lupa ya "like & share" ke taman-teman kalian.  :)
Advertisement

Iklan Sidebar